Sejuta Harapan Rasya – Perjuangan Masih Berlanjut

12:00 Unknown 0 Comments

Proses Operasi Rasya di RS St. Elisabeth Semarang, Alhamdulillah, Pada hari sabtu (30/01/2016) telah dilakukan tindakan operasi hidrosefalus kepada adik Rasya yang bertempat di Rumah Sakit St. Elisabeth Semarang. Proses operasi yang dipimpin langsung oleh dokter spesialis beda syaraf Dr. HM. Amanullah, HM, Sp.BS. ini berjalan lancar. Proses operasi ini sendiri dilakukan di semarang bekerja sama dengan “Wisma Kasih Bunda”, sebuah rumah singgah yang khusus mendedikasikan diri untuk membantu kepada sesama, rumah singgah ini didirikan oleh Bunda Anne Avantie, beliau merupakan seorang desainer terkenal Indonesia. Rumah singgah ini berdiri di tahun 2002. Pada awal berdirinya, rumah singgah ini diperuntukkan untuk penderita Hidrosefalus, namun seiring dengan perkembangannya sejak tahun 2005 pelayanan wisma ini berkembang bukan hanya sebagai rumah singgah untuk para penderita hidrosefalus saja akan tetapi berkembang untuk melayani anak-anak penderita tumor, bibir sumbing dan penderita cacat lainnya.
Proses Pasca Operasi Rasya, Setelah satu minggu lebih proses operasi berlalu, namun proses terapi/observasi pasca operasi masih terus dilakukan untuk memantau perkembangan Rasya dan Alhamdulillah setelah dilakukan pemeriksaan terakhir pada hari kamis tanggal 11 pebruari 2016 Rasya mendapatkan perkembangan yang sanggat signifikan, Yang dimana sebelum dilakukan tindakan operasi diameter kepala rasya hampir mencapai 60 cm kini telah menyusut, hali ini disebabkan karena cairan yang ada dikepala telah dialirkan menuju lambung. Proses Penjemputan Rasya oleh Team Walima, Sehari sebelumnya tepatnya pada hari Rabu (10/02/2016) beberapa team walima sudah bersiap untuk menjemput Rasya, Ibu dan neneknya. Dari sidoarjo kami berangkat pukul 22.00 WIB dengan menggunakan mobil dan ditemani oleh hujan sepanjang perjalanan kami menuju semarang. Setelah menempuh perjalanan ±10 jam kami sampai di Semarang tepatnya di sebuah rumah yang beralamat di Jalan Sanggung Barat 3B Semarang tersebut tampak lengang. Dari bentuknya rumah tersebut tak berbeda dari rumah-rumah di sekitarnya. Namun ada yang sedikit membedakan di depan rumah itu ada tulisan cukup mencolok “Wisma Kasih Bunda, Pelayanan Kasih Hydrocephalus”. Di halaman rumah itu yang tidak terlalu luas tersebut mempunyai suasana yang hening dan damai. Suasana hening tiba-tiba dipecahkan oleh suara tangis bayi dari dalam rumah, saat kami datang kondisi wisma masih sepi hal ini dikarenakan para petugas tengah mengantarkan para bayi yang ada di wisma untuk melakukan tes darah guna pemeriksaan hepatitis, termasuk Rasya yang saat itu juga dilakukan observasi pasca opersasi. Tidak lama berselang ada sebuah mobil Ambulan yang bertulisakan “Wisma Kasih Bunda” tiba di wisma dan dari mobil tersebut keluarlah rasya beserta para rombongan dan petugas wisma dengan mengendong dua balita laki-laki.
Seketika itu beberapa petugas wisma yang datang menghampiri dan menyambut kami. Setelah beberapa saat kami diajak oleh salah seorang pengurus untuk mebicarakan kondisi terakhir rasya. Dan alhamdulillah kondisi rasya semakin membaik dan respon terhadap rangsangan semakin membaik meskipun dalam proses pasca operasi masih diperlukan beberapa tindakan medis untuk memulihkan kondisinya yang semua proses tindakan medis tersebut akan dilakukan di sidoarjo setelah kami pulang nanti tentunya sesuai dengan rujukan dari sang dokter yang mengoperasi rasya.
Selain para pengurus dan perawat yang berada di wisma tersebut, kami menjumpai dua orang balita laki-laki yang munggil dan lucu, mereka bernama Wahyu dan Fedrik. Mereka berdua adalah penghuni tetap wisma bersama para penggurus yang lain. Wahyu dan fedrik adalah dua bayi yang bernasib sama, mereka berdua sama-sama di buang oleh orang tuanya sesaat setelah melahirkan. Wahyu adalah bayi laki-laki malang yang di buang oleh ibunya disebuah kardus di depan pintu panti asuhan di Jakarta, saat dibuang wahyu mengalalami kondisi yang menyedihkan disamping menderita hidrosefalus tulang punggung wahyu juga tidak bisa lurus sehingga postur tubuhnya seperti bayi yang ada di dalam kandungan. Disamping itu wahyu juga menderita Epilepsi dan kebutaan pada matanya, saat kami mulai bencengkrama dengan wahyu dalam hati kecil kami berkata “sungguh betapa tidak berperikemanusiaan orang tua yang membuang wahyu dalam subuah kardus”. Senasib dengan wahyu adalah fedrik bayi laki-laki berusia 3 tahun ini juga dibuang oleh orangtuanya di sebuah daerah di pulau Nias. Namum Fedrik lebih beruntung dibandingkan Wahyu, saat dikirim di wisma fedrik menderita Hidrosefalus dan tidak mempunyai Anus, namun saat ini fedrik sudah bisa untuk beraktifitas seperti bayi normal bahkan fedrik tergolong anak yang super aktif.
Wisma Kasih Bunda tak ubahnya "Rumah Singgah" yang memberikan pelayanan praoperasi dan observasi pascaoperasi. Pasien hydrocephalus yang datang ke Wisma Kasih Bunda dibantu untuk mendapatkan pelayanan operasi dengan rujukan di Rumah Sakit St Elisabeth, Semarang. "Sejak didirikan pada 2003, sampai sekarang Wisma Kasih Bunda ini tidak berbentuk yayasan. Oleh bunda Anne Avantie tidak di badan hukumkan dan tidak ada pengurusnya. Buka selama 24 jam, siapa yang masuk akan diterima sebagai pasien yang layak ditolong," itu adalah pesan bunda Anne yang disampaikan oleh mbak Wiwiek selaku salah satu petugas di sana. Rasya Kembali Ke Sidoarjo, Setelah semua selesai tepat pukul 13.00 WIB, kami bergegas untuk berpamitan dan mengucapkan beribu banya terima kasih atas bantuannya. Saat itu juga kami melanjutkan perjalanaan menuju sidoarjo bersama Rasya dan ibu serta neneknya. Setelah melalui perjalanan dengan waktu tempuh ± 11 Jam, alhamdulillah tepatnya hari Kamis (11/02/2016) kami sampai di desa Tenggulunan Kecamatan Candi Sidoarjo di rumah kos kecil tempat rasya beserta ibu dan neneknya tinggal.
Para donatur yang dimuliakan Oleh Allah, usaha untuk menjadikan Rasya mendapatkan kehidupan yang normal tidaklah berhenti setelah pasca operasi saja, setelah kegiatan pasca operasi ini masih ada banyak tindakan medis yang perlu dilakukan. Mulai dari terapi ke spesialis fisotherapy sampai pada pemenuhan kebutuhan nutrisi. Tentunya semua itu tidaklah dapat lembaga ini lakukan sendiri tanpa bantuan dan doa dari ara donatur sekalian. Oleh karena itu kami mengharapkan kepada segenap para donatur dan simpatisan untuk tetap bergandeng tangan dalam membantu sesama. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bunda Anne Avantie dan segenap petugas wisma serta Bapak Dr. HM. Amanullah, HM, Sp.BS. yang telah membantu proses terlaksananya operasi Rasya, semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan keberkahan dan kebaikan Kepada Wisma Kasih Bunda beserta para Petugas, Pendiri dan para dokter yang membantu. Tak lupa juga ucapan terima kasih juga kami sampikan kepada para donatur sekalian atas segala bentuk partisipasinya, semoga Tuhan yang maha Kuasa senantiasa memberkahi bapak Ibu sekalian. Terakhir kami masih tetap memberikan kesempatan kepada bapak ibu donatur untuk terus berupaya memberikan bantuan kepada kami baik doa lebih lebih lagi material, karena kami menyadari bahwa kami bukanlah apa-apa tanpa bapak ibu sekalian. Sekali lagi semoga Allah senantiasa merahmati kita sekalian, Amin. Untuk layanan donasi Hubungi call center Walima 08113620920 (Onie).

0 comments: