Safari Pembagian Sembako 16-17 Mei 2015

12:15 Unknown 0 Comments

Lembaga Yatim Piatu Yatim Piatu dan Dhu’afa “Ahlus-Shofa Wal-Wafa” atau yang lebih sering disebut “Walima”( Waktunya Peduli Sesama), merupakan lembaga sosial yang bergerak di bidang Penyantunan Yatim Piatu dan dhuafa dibawah payung Yayasan Pondok Pesantren “Ahlus-Shofa Wal-Wafa”. Untuk mencapai visi misi dan merealisasi program kerja lembaga serta dalam rangkal memperingati hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, maka lembaga ini mengadakan kegiatan sosial yang bertajuk “Safari Pembagian Sembako 2015”.

“Safari Pembagian Sembako 2015” ini merupakan kegiatan sosial yang bertujuan untuk meninggkatkan kesejahteraan masyarakat terutama bagi kaum dhuafa yang dimana untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masih serba kekurangan. Untuk proses distribusi sembako ini nantinya akan dilakukan dengan konsep door to door dimana para Team Walima akan sembako langsung dari rumah masing-masing kaum dhuafa. Dalam proses distribusi paket sembako ini nantinya kami juga akan melibatkan para donator untuk penyerahan secara simbolis pada masing –masing wilayah. Adapun wilayah yang akan dilakukan pembagian paket sembako ini adalah antara lain Wonoayu, Krian, Tanggulangin, Porong, Balong bendo, Tarik, Taman, Tenggulunan, Mojosari, Kedurus serta wilayah lain di sekitar Sidoarjo, Gresik dan Surabaya.

“…Sungguh tidak ada yang tertukar dalam pemberian Allah, maka yakinlah kala hati ikhlas dan ridho dalam shodaqoh, maka Allah akan melapangkan urusan dan memudahkan rizki yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Amin ya Robbal Alamin….”

0 comments:

Hari raya Anak Yatim

19:57 Unknown 0 Comments

Tanggal 10 Muharram (Asyura’) dirayakan oleh sebagian umat Islam di negeri ini sebagai hari raya yang sering disebut dengan ‘Lebaran Yatim’. Ini adalah hari raya yang dikhususkan bagi anak-anak yatim. Pada hari itu mereka dikumpulkan dan disantuni.
Rasulullah pernah menegaskan, “Aku dan orang yang menyantuni anak yatim akan berada di surga seperti ini.” Nabi SAW bersabda demikian sambil menegakkan jari telunjuk dan jari tengahnya, serta merenggangkan antara keduanya. (HR Bukhari). Dalam hadis lain Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa di antara kamu Muslimin yang menanggung makan dan minum (memelihara) anak yatim, maka Allah akan memberikan kecukupan penghidupan baginya dan mengharuskan dia masuk surga, kecuali dia melakukan dosa yang tidak teram,punkan.” (HR Turmudzi dari Sahl bin Sa’ad).
Semoga di tanggal 10 Muharam (Asyura’) ini, kita sebagai Muslim dapat mengamalkan esensi Asyura’ itu sehingga menjadikan kita saleh secara ritual sekaligus saleh secara sosial. Yakni, melaksanakan shaum Asyura’ dan memuliakan anak yatim.
Mari salurkan donasi anda melalu Lembaga penyantunan anak yatim piatu dan dhu'afa "Ahlus-shofa Wal-wafa"

0 comments:

Keajaiban Sedekah - Naik hajinya penjual gorengan

10:14 Unknown 0 Comments

Sekitar tahun 1980, seorang pedagang gorengan bernama Sutikno berusia muda di Jakarta, selama tiga hari berturut-turut melihat seorang bocah laki-laki lusuh berlalu lalang dengan wajah sedih di depan gerobak dagangannya.
Ia tahu, anak itu menginginkan satu dua potong gorengannya secara gratis. Karena tidak berani meminta, ia hanya memandang gerobak gorengan itu dari kejauhan. Pada hari keempat, pedagang gorengan itu menyisakan sepotong singkong goreng buntut yang biasanya tidak laku dijual. Dipanggil bocah itu sambil mengacung-acungkan singkong kecil itu. Tak menunggu lama, si bocah langsung berlari menyambar singkong itu sambil berucap, “Terima kasih, Bang.” Matanya berbinar, senyumnya terkembang.
Dua puluh empat tahun kemudian, tukang gorengan itu masih berjualan di tempat yang sama meski sudah berusia tua. Suatu hari sebuah mobil mewah berhenti di depan gerobaknya yang parkir di tengah perkampungan kumuh. Penumpangnya, seorang pria muda berpenampilan mewah, menghampiri pedagang gorengan itu.
Ketika berhadapan, si pedagang gorengan tua itu seperti tidak peduli. Tapi ia bingung ketika si pemuda perlente itu mendadak berucap, “Pak, ada singkong buntut?” . “Kagak ada mas! Singkong buntut mah dibuang. Kenapa tidak beli yang lain saja? Nih, ada pisang sama singkong goreng,” ujar si pedagang gorengan itu.
“Saya kangen singkong buntutnya Pak, Dulu bapak kan yang pernah memberi saya singkong goreng buntut?. Dulu, ketika saya masih kecil, dan ayah saya baru saja wafat, tidak ada yang membiayai hidup saya. Teman-teman mengejek karena saya tidak bisa jajan. Selama empat hari saya berlalu-lalanh di depan gerobak bapak ini, sampai bapak memanggil saya dan memberi sepotong singkong goreng buntut yang langsung saya sambar. Saya masih ingat pak…” tuturnya.
Si pedagang gorengan tua itu itupun terperangah. Dia tidak mengira sepotong singkong buntut, yang biasanya dibuang bisa membuat pemuda itu mendatangi dengan keadaan yang benar-benar berbeda. Si pedagang akhirnya ingat wajah yang pernah dikenalnya 24 tahun silam.
“Yang saya beri dulu kan cuma singkong buntut. Kenapa kamu masih ingat sama saya?” tanya pedagang itu penasaran.” Bapak tidak sekedar memberi saya singkong buntut, tapi juga kebahagiaan.” papar si pemuda itu. Dia lalu bercerita bahwa sesaat setelah menyambar singkong itu dia langsung memamerkan kepada teman-temannya. Ia ingin membuktikan bahwa dia masih bisa jajan. Sesuatu yang dianggap remeh, tapi baginya itu membuatnya sangat bahagia, sehingga dia berjanji suatu saat akan membalas budi baik pedagang gorengan itu.
“Saya mungkin tidak bisa membalas budi baik Bapak. Tapi, saya ingin meberangkatkan Bapak berhaji, semoga Bapak bahagia,” ujar si pemuda itu. Pedagang gorengan itu hampir-hampir tidak percaya. Dua puluh empat tahun silam ia telah membahagiakan seorang anak yatim. Maka Allah pun membalas amal shalehnya itu. Subhanallah.
Sumber: majalah Lazdai amal insani dalam pantiasuhan.net

0 comments:

Asal Usul Adzan

11:22 Unknown 0 Comments

Seiring dengan berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak dapat dimusnahkan. Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya.
Demikian pula dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam pada masa-masa awalnya. 


Ketika orang-orang Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa berkumpul bersama-sama untuk menunaikan sholat berjama`ah. Kini, hal itu tidak mudah lagi mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama. Kesibukan yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap kealpaan ataupun kelalaian pada masing-masing orang untuk menunaikan sholat pada waktunya. Dan tentunya, kalau hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa dipikirkan bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup berat yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.

Pada masa itu, memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang sholat. Orang-orang biasanya berkumpul dimasjid masing-masing menurut waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah sholat jama`ah dimulai.
Atas timbulnya dinamika pemikiran diatas, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang untuk sholat tepat pada waktunya tiba. Ada banyak pemikiran yang diusulkan. Ada sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu sholat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada ditempat yang jauh. Ada yang menyarankan untuk membunyikan lonceng. Ada juga yang mengusulkan untuk meniup tanduk kambing. Pendeknya ada banyak saran yang timbul.

Saran-saran diatas memang cukup representatif. Tapi banyak sahabat juga yang kurang setuju bahkan ada yang terang-terangan menolaknya. Alasannya sederhana saja : itu adalah cara-cara lama yang biasanya telah dipraktekkan oleh kaum Yahudi. Rupanya banyak sahabat yang mengkhawatirkan image yang bisa timbul bila cara-cara dari kaum kafir digunakan. Maka disepakatilah untuk mencari cara-cara lain.
Lantas, ada usul dari Umar r.a jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk sholat pada setiap masuknya waktu sholat. Saran ini agaknya bisa diterima oleh semua orang, Rasulullah SAW juga menyetujuinya. Sekarang yang menjadi persoalan bagaimana itu bisa dilakukan.
Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid r.a meriwayatkan sbb : "Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk sholat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.
Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa ?
Aku menjawabnya,"Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan sholat."
Orang itu berkata lagi,"Maukah kau kuajari cara yang lebih baik ?"
Dan aku menjawab " Ya !"
Lalu dia berkata lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang ," Allahu Akbar,…Allahu Akbar….."

Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perihal mimpi itu kepada beliau. Dan beliau berkata,"Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal."
Subhanallah, rupanya mimpi serupa dialami pula oleh Umar r.a, ia juga menceritakannya kepada Rasulullah SAW . Nabi SAW bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini.
Nah sejak saat itulah adzan disepakati dan digunakan sebagai media penanda dan penyeru waktu masuknya shalat

0 comments:

Gallery - Ishari ASW

10:52 Unknown 0 Comments





0 comments: