Idul Adha dan Domba di Hati Kita

21:19 Unknown 0 Comments

Idul Adha yang kita peringati setiap tahun mempunyai penafsiran yang hakiki sebagai perwujudan sikap ketawadhu’an  manusia terhadap Allah SWT sebagai sang Pencipta dengan Penuh Totalitas. Idhul Adha sering juga kita maknai sebagai momen pengorbanan diri yang sebesar-besarnya serti peniadaan pamrih setinggi-tingginya.
Nabi Ibrahim AS beserta putranya Ismail merupakan tauladan dalam perwujudan kepasrahan diri kepada Allah SWT serta simbol kemenangan terhadap perang melawan hawa nafsu dan sifat keakuan. Kita sering berpendapat bahwa apa yang telah terjadi oleh Ibrahim beserta ismail putranya adalah semata-mata karena beliau merupakan seorang nabi dan rasul sehingga diberikan ketabahan, keihklasan serta iman yang luar biasa kuatnya oleh Allah SWT. Kita sering melupakan faktor kemanusiaan dari nurani seorang Ayah dan Anak. Lantas bagaimana jika kita semua dihadapkan dalam kondisi yang sama ?.
Pada dasarnya peristiwa Nabi Ibrahim AS. Dan Ismail As. Merupakan suatu peristiwan dari masa lalu yang patutnya kita jadikan sumber refernsi yang baik dan pelajaran bagi generasi selanjutnya. Ya tentu saja kita-kita yang hidup dalam kondisi yang carut marut, tentu peristiwa ini patut kita jadikan  Sebagai refleksi diri untuk mampu bersikap dalam kondisi modern saat ini.
Lantas, seperti apakah sikap perwujudan kurban yang selayaknya kita pahami sesuai deng kondisi dunia saat ini?, apakah dengan pengorbanan yang tak pernah kita nikamti manfaatnya sebagai perwujudan kerelaan tertinggi atas rakyat terhadap negaranya?, ataukah sudah cukup untuk mengorbankan seekor domba, atau kambing, atau sapi saja?, ataukah cukup patungan untuk membeli kambing dan menjadi lunaslah kewajiban berkorban kita kepada Allah SWT?. Tentu bukanlah itu semua. Yang kita harapkan adalah berkurban dengan penuh kesadaran tinggi atas keimanan yang penuh dan bukan pada seremonial belaka.
Allah Tidak pernah butuh apa saja yang kita korbankan. Bahkan diri kita pun Allah tidak pernah butuh. Tuhan tidak butuh apapun karena Dia mampu menciptakan apapun yang lebih indah dalam hitungan detik yang tak terhingga.
Jadi kambing kita, domba kita dan sapi kita akan kita larikan kemana? Yang pastilah tidak kemana-mana. Selain lari pada yang membutuhkan jika beruntung pasti akan tiba pada keridhoan Allah SWT. Tapi percayalah bahwa esensi kurban sesungguhnya bukanlah itu. Idul kurban yang kita laksanakan  setiap 10 Dzulhijjah tidak menjadi jaminan bahwa kita tidak mengorbankah hak-hak orang lain lebih lebih hak-hak Allah Azza wajalla dalam 363 hari lainnya. Bagaimana kita mempertanggung jawabkan itu kepada tuhan sebagai seorang pemimpin yang rahmatan lil alamin?
Sesungguhnya domba, kambing atau sapi itu adalah hakikatnya  kita sendiri. (jangan tersinggung ya ..). jika ada yang harus dikorbankan seharusnya ya diri kita sendiri tentunya, gaya hidup kita, mentalitas kita, keimanan kita dan tanggung jawab sosial kita terhadap masyarakat sekitar kita yang juga tak beranjak dari derajat prilaku kambing, domba ataupun sapi.
Lantas ada apa dengan prilaku kambing, domba dan sapi? Kenapa kita kaitkan dengan prilaku kita dalam berkurban ?. Kambing, domba dan sapi yang tak pernah kenyang dan selalu ingin merebut hak milik/kepunyaan orang lain. Yang merasa cukup menjadi orang baik sehingga tak mau menerima saran dan kritik dari orang lain, merasa benar sendiri sehingga cenderung menyalahkan orang lain, mengetahui yang benar tapi tidak mau menjalankannya, tak punya malu terutama untuk memanjakan nafsu, serta apa saja yang berruang duniawi semata dan tidak sejati.
Jika kita mampu dewasa dalam manajemen pengorbanan nafsu rendah macam diatas, lalu istiqomah pada jalanNya, maka tidaklah menajdi persoalan kita kita akan berkorban dengan kambing, domba maupun sapi. Saat itulah kita tak pernah lagi mempertimbangkan untung rugi dalam berniaga dengan Allah karena hakikat dari pemberian di jalan Allah adalah penerimaan dengan jumlah jauh lebih besar. Semoga kita digolongkan utuk menjadi manusia yang mempuyai kesadaran tinggi dan terbebas dari nafsu domba, kambing ataupun sapi. Amin. (diadopsi dari buku Tuhan sang Penggoda by M Arief Budiman)

0 comments: