Syiir Tanpo Waton

19:37 Unknown 0 Comments


Ngawiti ingsun nglaras syi’iran
Kelawan muji maring Pengeran
Kang paring rohmat lan kenikmatan
Rino wengine tanpo petungan 2X

Duh bolo konco priyo wanito
Ojo mung ngaji syare’at bloko
Gur pinter ndongeng, nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro 2X

Akeh kang apal Qur’an Hadise
Seneng ngafirke marang liyane
Kafire dewe dak digatekke
Yen isih kotor ati akale 2X

Gampang kabujuk nafsu angkoro
Ing pepahese gebyare ndunyo
Iri lan meri sugihe tonggo
Mulo atine peteng lan nisto 2X

Ayo sedulur jo nglaleake
Wajibe ngaji sak pranatane
Nggo ngandelake iman tauhide
Baguse sangu mulyo matine 2X

Kang aran sholeh bagus atine
Kerono mapan seri ngilmune
Laku thoriqot lan ma’rifate
Ugo haqiqot manjing rasane 2 X

Al-Qur’an qodim wahyu minulyo
Tanpo tinulis biso diwoco
Iku wejangan guru waskito
Den tancepake ing njero dodo 2X

Kumanthil ati lan pikiran
Mrasuk ing badan kabeh jeroan
Mu’jizat Rosul dadi pedoman
Minongko dalan manjinge iman 2 X

Kelawan Alloh Kang Moho Suci
Kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati diriyadhoi
Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X

Uripe ayem rumongso aman
Dununge roso tondo yen iman
Sabar narimo najan pas-pasan
Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X

Kelawan konco dulur lan tonggo
Kang podo rukun ojo dak siyo
Iku sunnahe Rosul kang mulyo
Nabi Muhammad panutan kito 2x

Kang anglakoni sakabehane
Alloh kang bakal ngangkat drajate
Senajan ashor toto dhohire
Ananging mulyo maqom drajate 2X

Lamun palastro ing pungkasane
Ora kesasar roh lan sukmane
Den gadang Alloh swargo manggone
Utuh mayite ugo ulese 2X


0 comments:

Bersedekah Penuh Arti

19:20 Unknown 0 Comments

Ketika kita membicarakan sebuah korelasi antara kebahagiaan dan sedekah tentunya kita semua bertanya-tanya Siapa yang lebih bahagia, pemberi sedekah atau penerima sedekah? Sekilas, nampak kebahagiaan hanya terpancar dari raut wajah penerima. Ia terlihat sumringah saat menggenggam uang sedekah dari yang memberi. Tak lupa, sekelumit doa dan rasa syukur dihaturkan untuk orang yang memberinya sedekah sebagai ungkapan terima kasih. Beberapa penerima, bahkan tak sungkan mencium punggung tangan orang yang telah menyisihkan hartanya untuk mereka. Beginilah pemandangan yang senantiasa tampak dalam setiap episode sedekah berlangsung.

Demikiankah sesungguhnya? Benarkah penerima sedekah jauh lebih berbahagia ketimbang yang bersedekah? bukankah justru seharusnya penyedekah itu yang berbahagia? Setidaknya ada dua tingkatan tujuan sedekah bagi para penerimanya.

Pertama, diharapkan setelah menerima sedekah, mereka mencapai tingkatan berdaya. Setidaknya, dalam rentang beberapa waktu mereka tidak lagi menjadi orang-orang menerima sedekah. Orang-orang yang biasa menerima sedekah ini, seharusnya di waktu tertentu sudah bisa memberdayakan diri mereka sendiri. Tak perlu menengadahkan tangan, meminta-minta dan berharap belas kasihan para penderma. Mereka tak lagi menerima sedekah karena sudah tidak membutuhkan. Meski demikian, dalam tingkatan ini mereka belum menjadi penyedekah.

Tingkatan kedua, yakni mereka berubah status dari penerima menjadi pemberi sedekah. Ini yang paling diharapkan, kalau satu tahun lalu, misalnya mereka masih menjadi penerima sedekah, seharusnya di tahun berikutnya merekalah para penyedekah yang berniat memberdayakan orang-orang yang disedekahinya.Karenanya, sedekah bukan sekadar menaruh uang di kotak amal atau mengumpulkan para fakir miskin, anak yatim, kemudian membagi-bagikan amplop, lantas selesai. Para penyedekah tak selesai kewajibannya hanya sampai sebatas memberi.

Ada kewajiban lainnya, yakni tak membiarkan penerima sedekah menjadi orang-orang yang berketergantungan dengan sedekah. Jangan sampai ada orang yang “menikmati” hidup dengan pemberian orang lain. Ada kewajiban bagi para penyedekah, yakni membuat penerima sedekah itu menjadi orang-orang yang berdaya. Setidaknya hingga mereka sanggup mencapai tingkatan tak lagi bergantung pada sedekah dan bisa menghidupi diri dan keluarganya sendiri.

Sedekah itu tanpa batas. Nilai dan jumlahnya tidak dibatasi, penerima sedekahnya juga tidak terbatas, artinya, penyedekah bisa memberikannya kepada siapa saja, dari yang terdekat hingga terjauh sekali pun. Tak hanya itu, waktu untuk bersedekah pun tak pernah dibatasi, tidak hanya di bulan-bulan tertentu saja, melainkan sepanjang waktu. Selama seseorang mampu untuk bersedekah, baik di waktu sempit mau pun lapang, maka bersedekah dianjurkan.

Karena tidak pernah dibatasi jumlah yang boleh disedekahkan, maka tidak ada nisab untuk sedekah, selama ia mampu maka teruslah bersedekah. Tidak pernah ada ketentuan seseorang sudah boleh bebas tak bersedekah karena sudah terlalu sering bersedekah dan yang terpenting, tidak pernah tertulis dalam sejarah ada orang yang jatuh miskin lantaran bersedekah. Sebab, semua orang yang pernah dan selalu bersedekah tahu betul, bahwa sedekah membuat mereka kaya dan bahagia. Siapa yang tak bahagia berniaga dengan Allah? Kita mendapatkan modal dari Allah, berupa diri dan harta yang kita miliki saat ini. Kemudian dari modal yang dipinjamkan Allah itu, kita diajak berniaga oleh-Nya dengan tawaran keuntungan yang tidak bisa diberikan oleh pedagang terbesar mana pun di dunia ini. Tak tanggung-tanggung, keuntungan berniaga dengan Allah adalah mendapatkan ampunan dari Allah, kemudian Allah akan memasukkan kita ke dalam surga-Nya.

Padahal yang diminta Allah kepada kita adalah beriman kepada-Nya dan Rasul-Nya, kemudian Allah juga meminta kita berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kita. Bayangkan, Allah meminta kita menukar harta dan jiwa ini yang keduanya milik Allah dan hanya dipinjamkan kepada manusia dengan balasan surga-Nya. Perniagaan indah nan menguntungkan ini Allah gambarkan dalam Qur’an Surat Shaffat (37) ayat 10-12.

Adakah yang mampu memberikan keuntungan lebih besar dari Allah? Tak bahagiakah orang-orang yang mau berniaga dengan Allah. Bukankah seharusnya orang-orang yang bersedekah jauh lebih bahagia, karena ia telah melakukan perniagaan dengan Allah? Sedekah itu membahagiakan. Siapakah yang dimaksud? Tentu saja yang bersedekah, sebab selain ia telah mendapatkan kesempatan mengenyam surga Allah, kebahagiaan pula bisa melihat senyum orang-orang yang mendapat sedekah. Tak hanya itu, sedekah masih memberikan banyak manfaat bagi pelakunya, antara lain dilipatgandakannya harta kita, dijauhkan dari bahaya, diberikan kesehatan, dan tentu saja menenangkan jiwa. Adakah yang tak menginginkan kebahagiaan seperti itu? Sungguh, khasiat sedekah hanya satu bagi penerima. Namun terdapat jutaan khasiat yang diperoleh bagi pelakunya. Maka, bersegeralah meraihnya.

0 comments:

Quotes

19:42 Unknown 0 Comments




0 comments:

Reboan Agung - Percikan cahaya Ilahi

18:35 Unknown 0 Comments

Ketika hati diselimuti kegelapan, hanya "percikan cahaya ilahi" sajalah yang meneranginya. Ketika mata-hati telah dibutakan oleh nafsu dan hasrat telah menguasai jiwa, tak ada lagi yang bisa ditunggu selain kehancuran.

Hati hanya bisa dibersihkan dengan cahay tauhid. Jiwa akan merdeka bila selalu mengesakan Allah. Jika hati telah menjadi suci dan jiwa telah terbebaskan, maka keduanya akan terbang menuju haribaan Allah dan siap memperoleh kemenangan dari Ilahi (al-fath ar-rabbani) dan limpahan cahaya dari Tuhan yang maha pengasih (al-faidh ar-rahman).

Pengajian "Reboan Agung" kitab Jami'ul Ushul fil Auliya' dan kitab Al-Fathur rabbani wal Faidlur Rahmany yang diasuh oleh KH. Mohammad Nizam Asshofa (Pelantun lagu Syi'ir Tanpo Wathon) dilaksanakan setiap hari Rabu malam pukul 21.00 sampai 23.00 WIB di Pondok pesantren Ahlus-Shofa Wal-Wafa, Jl. Darmo 01 Desa Simoketawang Wonoayu Sidoarjo.

0 comments:

Siti Rohmatus Salikah : Santun & Berprestasi

18:30 Unknown 0 Comments


Ba’da isya’ beberapa bulan yang lalu, kami bersilaturahim ke rumah salah satu anak asuh kami ini. Begitu sampai di depan rumahnya kami ucapkan salam, dan terdengar jawaban dari seorang Ibu yang pada saat bersamaan membukankan pintu rumahnya untuk Team WALIMA. Rumah yang terletak di Desa Bakalan RT 03 RW 03 Tempel Krian Sidoarjo ini sangat sederhana, dan masih jauh dari kata layak untuk ditinggali. Begitu memasuki rumah tersebut, kami duduk lesehan di bawah, karena mau bagaimana lagi, ruang tamu yang saat itu kami gunakan ngobrol bersama tidak ada meja kursinya, bahkan lebih mengenaskan lagi, ternyata ruang tersebut adalah ruang yang juga mereka gunakan tidur setiap harinya sekaligus  sebagai ruang keluarga untuk memonton televisi. “ Ya beginilah keadaan rumah kami mas,” ucap sang ibu sambil tertunduk. “Alhamdulillah..ini sudah lumayan Ibu, masih banyak yang kurang beruntung karena harus tidur di kolong jembatan atau di emperan toko,” jawab kami membesarkan hatinya.


Begitulah sedikit gambaran kondisi rumah anak asuh kami yang bernama lengkap Siti Rohmatus Salikah. Anak asuh kami ini, saat ini duduk di bangku kelas 11 IPS di Madrasah Aliyah Al-Ihsan, di  Jl. Gubernur Soenandar Priyosoedarmo – Krian. Rohmatus, demikian ibunya memanggilnya, saat ini tinggal bersama ibu dan adiknya, setelah sang ayah meninggalkannya menghadap Yang Maha Kuasa. Sejak tahun 2012, sang ibu yang bernama Siti Asmunah yang berusia 38 tahun ini harus menjadi single parent. Ketidaksiapannya menghadapi ujian ini serta minimnya ketrampilan yang dimiliki sang ibu, membuatnya hanya bisa pasrah ketika pekerjaan yang bisa dilakukannya hanya menjadi seorang buruh tani. Dengan penghasilan yang sangat minim, sang ibu ini tetap bertahan dan berjuang menghidupi keluarganya.


Mungkin di antara pembaca ada yang bertanya, apakah dulu semasa hidup suaminya yang juga sang ayah dari adik Rohmatus ini keadaan ekonominya bagus ? Ternyata tidak juga pembaca, karena saat itu sang ayah sehari-harinya (maaf) hanyalah bekerja sebagai seorang pemulung. Kerja keras dan berada di antara tumpukan sampah yang tentu saja menjadi sarang kuman, membuat sang bapak jatuh sakit. Setelah diperiksakan ke puskesmas dan kemudian dirujuk ke rumah sakit daerah, serta melalui beberapa uji laborat akhirnya baru diketahui bahwa sang ayah terkena tumor otak. Dengan kondisi ekonomi yang sangat minim, tentu keluarga ini tidak mampu memberikan pengobatan yang layak, semkain lama semakin parah saja kondisi dang bapak, dan akhirnya Bpk. Moh. Syai'in, satu-satunya tulang punggung keluarga dalam ini, harus menghadap Sang Ilahi di usia 42 tahun, meninggalkan adik Rohmatus bersama ibu dan adiknya. Sungguh miris kami mendengar cerita sang ibu, dan beberapa saat kamipun terdiam seolah tak mampu melanjutkan interview ini.

Dari pernikahanannya, Ibu Asmunah dikaruniai dua orang anak, Rohmatus dan adiknya yang bernama M. Fathkul Munir, Kelahiran Sidoarjo, 24 Desember 2002 yang saat ini bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Hidayat Ulum - Krian.

Rohmatus sendiri setiap hari berangkat ke sekolah maupun pulang dari sekolah numpang bonceng teman-temannya yang mempunyai sepeda motor. Di sekolahnya, Rohmatus tergolong murid yang berprestasi, saat bertemu dengan kami dia tetap berusaha ceria dan selalu santun dalam bertutur kata. Rohmatus mempunyai kesenangan membaca, menulis dan pelajaran yang dia paling sukai adalah Geografi, sementara olahraga yang disukainya adalah volley ball. Dia bercita – cita saat menjadi seorang Guru/Dosen. Belaian kasih dan motivasi tentunya menjadi sesuatu yang sangat signifikan yang dibutuhkan oleh seorang yatim seperti Rohmatus ini, dan itu seyogyanya datang dari kita semua, khususnya dari para donatur dan lembaga penyantun anak yatim. Dan WALIMA,  sebagai salah satu lembaga penyantun anak yatim piatu dan dhuafa siap untuk bergandeng tangan dan bahu membahu bersama para simpatisan dan para donatur dalam memberikan perhatian baik secara materi maupun immateri untuk kepada mereka yang membutuhkan tanpa melihat latar belakang, suku, ras maupun agamanya. Kuatkan dan mudahkan kami semua Yaa Rabb..Amiin

0 comments:

Ustad Al Jihad : “Sedekah itu sangat penting !”

00:24 Unknown 0 Comments

Panggilan sehari-harinya adalah Ustad, nama lengkapnya adalah Ustad Al Jihad, karena hal itulah beliau dipanggil Ustad. Terus terang kami tertegun mendengar nama mas Ustad ini, bagaimana tidak, karena Ustad sepengetahuan kami adalah julukan untuk seorang guru ngaji atau penceramah agama. Tapi ini benar-benar digunakan sebagai nama. Terlepas dari nama uniknya, beliau adalah salah satu donatur tetap kami, dan dengan semangat membantu Team WALIMA mencarikan donatur di tempatnya bekerja.
Mas Ustad kelahiran Sidoarjo, 02 September 1972, beliau bekerja di salah satu perusahaan swasta di kawasan Trosobo, di PT. Trimega Batterindo di bagian Quality Control. Mas Ustad tinggal di kawasan perumahan Taman Sumengko Indah Blok A-18, Wringinanom - Gresik. Jarak antara tempat tinggal dan tempat beliau bekerja cukup jauh dan seringkali melewati kemacetan di kawasan Legundi-Krian, namun itu bukanlah suatu halangan untuk menuju buat mas Ustad, apalagi beliau meniatkan kerja ini sebagai ibadah.Mas Ustad  dikarunia seorang anak bernama Arsta Hutama Harja Yudanta, yang kini  berusia 9 tahun dari pernikahannya dengan sang istri tercinta, Dian Ari Kartika. 
Mas ustad bergabung menjadi donatur  WALIMA ini sejak tahun 2010, kebetulan pada waktu itu salah satu team kami yang bernama Mas Eko adalah teman sekerjanya, saat itu Mas Eko  menawarinya untuk bergabung menjadi donatur dan tanpa babibu langsung saja Mas Ustad dengan senang hati menerima tawaran mulia tersebut.
Menurut Mas Ustad, bersedekah adalah sangat penting, begitu pentingnya sampai Mas Ustad berkenan membantu panti asuhan kami dengan memberikan informasi dan menawarkan kesediaan teman-teman kerjanya barangkali berminat untuk menjadi donatur kami. Selain itu menurut Mas Ustad ini dengan membantu yatim dan dhuafa akan besar manfaat dan faedahnya, karena selain kepedulian kepada sesama terlaksana, doa dari anak-anak yatim dan kaum dhuafa diijabahi oleh Allah Yang Maha Kuasa. “Ketertarikan” Mas Ustad kepada dunia yatim ini memancing rasa penasaran kami, dan ternyata Mas Ustad menyampaikan bahwa dulunya sewaktu kecil, beliau ini juga seorang anak yatim, sehingga beliau tahu persis bagaimana rasanya pada usia kecil sudah di tinggal ayahanda tercinta.
Hikmah lain yang Mas Ustad rasakan selama bersedekah ini, adalah diangkatnya beliau menjadi karyawan tetap di perusahaan ini yang tadinya hanya merupakan karyawan kontrakan. Selain kelancaran dalam rejeki berupa materi, menurut Mas Ustad rejeki immateri pun dirasakannya bersama keluarga yaitu berupa rejeki berupa kesehatan.
Menyimak “keterlibatan” Mas Ustad dalam membantu panti asuhan kami, tidaklah berlebihan jika dalam kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada Mas Ustad, semoga Allah swt selalu meridhoi Mas Ustad bersama teman-teman di PT. Trimega Batterindo, Amiin.

0 comments: